Pertama di Indonesia, Pakan Kelinci Tanpa Rumput
Sebagai kampus swasta terunggul di Jawa Timur, UMM tidak kenal lelah
untuk terus berkarya bagi bangsa. Kali ini giliran Fakultas
Pertanian-Peternakan (FPP), digawangi Mochammad Sobri, dosen sekaligus
Pembantu Dekan III FPP, menemukan Ekstrak Pakan Kelinci Tanpa Rumput.
Menjadi inovasi pertama, karya mengagumkan itu mendapatkan pengakuan
dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Seperti yang selama ini kita tahu, kelinci biasanya makan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan seperti; wortel, bayam, kangkung dan rumput-rumputan lainnya. Seiring perkembangan zaman, lahan kosong tempat rerumputan tumbuh semakin sempit. Tapi, dengan penemuan cerdas tersebut, peternak kelinci tetap dapat mengembangkan usahanya, meskipun rumput semakin langka.
Perkuat Daya Tahan Tubuh
Rahmad Pulung Sudibyo, staf pengajar FPP sekaligus pembina beberapa kelompok peternak kelinci di Malang menyampaikan bahwa, penemuan tersebut sangat membantu peternak-peternak kelinci di perkotaan, yang mana lahan tumbuhnya rerumputan sangat jarang. Pakan tersebut sangat cocok sebagai usaha intensifikasi, yakni usaha peningkatan produktivitas dengan lahan yang ada.
. “Meski lahan sempit namun produksi tetap banyak,“ ujar kepala Laboratorium Agribisnis tersebut. Lebih jauh, Pulung menjelaskan jika formula pakan kelinci tanpa rumput membuat daya tahan tubuh kelinci menjadi kuat, sehat, lincah dan bau kotoran tidak terlalu tajam.
Pendapat serupa disampaikan Fitrotul Huda, mahasiswa peternakan yang memelihara sekitar 60 hingga 70 ekor kelinci. Fitroh menyampaikan, ekstrak tersebut sangat cocok digunakan untuk usaha penggemukan kelinci. “Untuk kelinci pedaging, tiga bulan saja sudah panen. Tapi dengan rumput, bisa sampai tiga bulan setengah baru panen,” ujar salah satu mahasiswa binaan Sobri itu.
Fitroh juga mengungkapkan jika ekstrak tanpa rumput membuat kelinci lebih tahan penyakit serta tumbuh lebih cepat. “Pakan rumput membuat kelinci sering kembung, apalagi di musim penghujan rumput-rumput berkadar air tinggi,” jelasnya. Mahasiswa yang juga pengurus Gabungan Petani Kelinci Kota Batu itu menambahkan, jika kemarau rumput susah dicari
Keistimewaan lain diungkapkan Pulung. Pengurus Yayasan Bina Insan Sejahtera Malang ini menjelaskan, pakan tanpa rumput lebih fleksibel. Jika peternak mau bepergian, tinggal disiapkan pakan sebanyak hari yang ditinggal. “Kalau mau pergi tiga hari, cukup disiapkan makanan untuk tiga hari,“ ujarnya.
Bukan hanya lebih praktis, temuan membanggakan FPP ini juga terjamin mutu serta kualitasnya. Hanya dengan satu formula biskuit, kualitas gizi yang dibutuhkan kelinci secara keseluruhan sudah dapt terpenuhi. “Kalau rumput, kita gak tahu. Belum tentu rumput itu higienis, Apalagi setelah disemprotkan pestisida, ini bisa meracuni kelinci,” terang Pulung pada Bestari.
Sepakat dengan apa yang diungkapkan Pulung, Fitroh juga menyampaikan, pakan ternak yang diantara bahan campurannya adalah jagung, bungkil kedelai, bekatul, dan polar ini terbilang sangat praktis. ”Satu jenis pakan sudah komplit, memenuhi seluruh kebutuhan gizi kelinci,” tutur mahasiswa yang mengaku mulai beternak kelinci sejak SMA tersebut. Saat ini Fitroh bahkan telah memasarkan kelinci-kelincinya hingga Balik Papan, Batam, Lampung dan Papua.
Suwarno, salah satu peternak kelinci binaan Sobri, menyampaikan bahwa pakan kelinci tanpa rumput temuan Sobri memang sudah diatur sesuai dengan zat-zat yang dibutuhkan kelinci. Hal ini bagus dan cocok untuk meningkatkan produktivitas kelinci. ”Rumput, biasanya hanya mengandung air saja, jadi belum memenuhi kebutuhan gizi kelinci,” ungkapnya.....perkotaan, yang mana lahan tumbuhnya rerumputan sangat jarang. Pakan tersebut sangat cocok sebagai usaha intensifikasi, yakni usaha peningkatan produktivitas dengan lahan yang ada.
. “Meski lahan sempit namun produksi tetap banyak,“ ujar kepala Laboratorium Agribisnis tersebut. Lebih jauh, Pulung menjelaskan jika formula pakan kelinci tanpa rumput membuat daya tahan tubuh kelinci menjadi kuat, sehat, lincah dan bau kotoran tidak terlalu tajam.
Pendapat serupa disampaikan Fitrotul Huda, mahasiswa peternakan yang memelihara sekitar 60 hingga 70 ekor kelinci. Fitroh menyampaikan, ekstrak tersebut sangat cocok digunakan untuk usaha penggemukan kelinci. “Untuk kelinci pedaging, tiga bulan saja sudah panen. Tapi dengan rumput, bisa sampai tiga bulan setengah baru panen,” ujar salah satu mahasiswa binaan Sobri itu.
Fitroh juga mengungkapkan jika ekstrak tanpa rumput membuat kelinci lebih tahan penyakit serta tumbuh lebih cepat. “Pakan rumput membuat kelinci sering kembung, apalagi di musim penghujan rumput-rumput berkadar air tinggi,” jelasnya. Mahasiswa yang juga pengurus Gabungan Petani Kelinci Kota Batu itu menambahkan, jika kemarau rumput susah dicari
Keistimewaan lain diungkapkan Pulung. Pengurus Yayasan Bina Insan Sejahtera Malang ini menjelaskan, pakan tanpa rumput lebih fleksibel. Jika peternak mau bepergian, tinggal disiapkan pakan sebanyak hari yang ditinggal. “Kalau mau pergi tiga hari, cukup disiapkan makanan untuk tiga hari,“ ujarnya.
Bukan hanya lebih praktis, temuan membanggakan FPP ini juga terjamin mutu serta kualitasnya. Hanya dengan satu formula biskuit, kualitas gizi yang dibutuhkan kelinci secara keseluruhan sudah dapt terpenuhi. “Kalau rumput, kita gak tahu. Belum tentu rumput itu higienis, Apalagi setelah disemprotkan pestisida, ini bisa meracuni kelinci,” terang Pulung pada Bestari.
Sepakat dengan apa yang diungkapkan Pulung, Fitroh juga menyampaikan, pakan ternak yang diantara bahan campurannya adalah jagung, bungkil kedelai, bekatul, dan polar ini terbilang sangat praktis. ”Satu jenis pakan sudah komplit, memenuhi seluruh kebutuhan gizi kelinci,” tutur mahasiswa yang mengaku mulai beternak kelinci sejak SMA tersebut. Saat ini Fitroh bahkan telah memasarkan kelinci-kelincinya hingga Balik Papan, Batam, Lampung dan Papua.
Suwarno, salah satu peternak kelinci binaan Sobri, menyampaikan bahwa pakan kelinci tanpa rumput temuan Sobri memang sudah diatur sesuai dengan zat-zat yang dibutuhkan kelinci. Hal ini bagus dan cocok untuk meningkatkan produktivitas kelinci. ”Rumput, biasanya hanya mengandung air saja, jadi belum memenuhi kebutuhan gizi kelinci,” ungkapnya.
Lebih lanjut, peternak yang memiliki sekitar 50 ekor kelinci tersebut menjelaskan bahwa, karena setiap kelinci mengalami fase yang berbeda, tentunya memiliki kebutuhan gizi yang berbeda pula. ”Kelinci pejantan butuh protein tinggi, sedangkan kelinci dalam masa pertumbuhan membutuhkan serat kasar lebih banyak,” terangnya mencotohkan. ”Dengan pakan tersebut, peternak dapat mengira-ngira sendiri, pakan yang dibutuhkan kelinci sesuai fasenya,” tambah Warno.
Ditanya tentang alasannya menggunakan biskuit kelinci sebagai pakan, peternak yang tinggal di Dukuh Klandungan Desa Landungsari mengaku memilih ekstrak tersebut dibanding rumput karena lebih praktis. ”Karena tidak harus cari rumput, waktu luang tersisa lebih banyak. Sehingga bisa digunakan hal lain yang bermanfaat. ”Waktu tidak tersita untuk ternak saja,” akunnya.
Untuk menekan pengeluaran, Warno berinisiatif menanam jagung, kedelai dan bayam disawahnya sendiri. ”Dengan demikian pakan tidak seluruhnya membeli,” terang Warno yang telah menyetor kelinci-kelincinya hingga Tulungagung, Jombang, Blitar serta beberapa taman rekreasi sekitar Jawa Timur.
Warno mengaku, dengan 50 ekor kelinci, omset perbulannya mencapai 750 ribu hingga 1juta rupiah, merasa cukup menguntungkan. Apalagi semua yang berhubungan dengan kelinci dapat menghasilkan. ”Urinnnya dijual untuk pupuk anggrek, kulitnya buat rambak, kotorannya digunakan sebagai pupuk kandang, kalau tidak berproduksi lagi, kelinci disembelih untuk sate. Pokoknya semuannya menguntungkan mbak,” ujarnya.
Produk Unggulan FPP UMM
Pendapat lain disampaikan Sujono, Pembantu Rektor (PR) satu yang juga pernah menggunakan ekstrak tersebut untuk ternak kelincinnya. Sujono menceritakan bahwa temuan tersebut merupakan terobosan bagus, untuk meningkatkan produktivitas petani kelinci dengan mengurangi tingkat kematian kelinci ”Pakan tersebut dapat mengurangi tingkat kematian kelinci. Hal ini mengingat, jika menggunakan hijauan, ada beberapa kelinci yang tidak kuat sampai akhirnya kembung dan mati,” ujarnya.
Sujono juga mengungkapkan, pakan kelinci tanpa rumput dapat dijadikan produk unggulan Fakultas Pertanian-Peternakan. Sehingga dapat membangun citra FPP lebih baik lagi. “Dengan mempelopori temuan, ekstrak pakan kelinci tanpa rumput pertama di Indonesia, citra FPP akan lebih bagus, pastinya juga membangun pecitraan kampus dari sisi peternakannya,” tuturnya.
Lebih lanjut, sujono menerangkan, Malang sebagai kota wisata sangat cocok untuk peternak-peternak kelinci. “Kelinci merupakan salah satu binatang peliharaan yang sering dicari di tempat-tempat pariwisata. Harapanya, dengan pakan tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan para peternak kelinci,” ujar pria ramah tersebut. Rom ®Bestari
Seperti yang selama ini kita tahu, kelinci biasanya makan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan seperti; wortel, bayam, kangkung dan rumput-rumputan lainnya. Seiring perkembangan zaman, lahan kosong tempat rerumputan tumbuh semakin sempit. Tapi, dengan penemuan cerdas tersebut, peternak kelinci tetap dapat mengembangkan usahanya, meskipun rumput semakin langka.
Perkuat Daya Tahan Tubuh
Rahmad Pulung Sudibyo, staf pengajar FPP sekaligus pembina beberapa kelompok peternak kelinci di Malang menyampaikan bahwa, penemuan tersebut sangat membantu peternak-peternak kelinci di perkotaan, yang mana lahan tumbuhnya rerumputan sangat jarang. Pakan tersebut sangat cocok sebagai usaha intensifikasi, yakni usaha peningkatan produktivitas dengan lahan yang ada.
. “Meski lahan sempit namun produksi tetap banyak,“ ujar kepala Laboratorium Agribisnis tersebut. Lebih jauh, Pulung menjelaskan jika formula pakan kelinci tanpa rumput membuat daya tahan tubuh kelinci menjadi kuat, sehat, lincah dan bau kotoran tidak terlalu tajam.
Pendapat serupa disampaikan Fitrotul Huda, mahasiswa peternakan yang memelihara sekitar 60 hingga 70 ekor kelinci. Fitroh menyampaikan, ekstrak tersebut sangat cocok digunakan untuk usaha penggemukan kelinci. “Untuk kelinci pedaging, tiga bulan saja sudah panen. Tapi dengan rumput, bisa sampai tiga bulan setengah baru panen,” ujar salah satu mahasiswa binaan Sobri itu.
Fitroh juga mengungkapkan jika ekstrak tanpa rumput membuat kelinci lebih tahan penyakit serta tumbuh lebih cepat. “Pakan rumput membuat kelinci sering kembung, apalagi di musim penghujan rumput-rumput berkadar air tinggi,” jelasnya. Mahasiswa yang juga pengurus Gabungan Petani Kelinci Kota Batu itu menambahkan, jika kemarau rumput susah dicari
Keistimewaan lain diungkapkan Pulung. Pengurus Yayasan Bina Insan Sejahtera Malang ini menjelaskan, pakan tanpa rumput lebih fleksibel. Jika peternak mau bepergian, tinggal disiapkan pakan sebanyak hari yang ditinggal. “Kalau mau pergi tiga hari, cukup disiapkan makanan untuk tiga hari,“ ujarnya.
Bukan hanya lebih praktis, temuan membanggakan FPP ini juga terjamin mutu serta kualitasnya. Hanya dengan satu formula biskuit, kualitas gizi yang dibutuhkan kelinci secara keseluruhan sudah dapt terpenuhi. “Kalau rumput, kita gak tahu. Belum tentu rumput itu higienis, Apalagi setelah disemprotkan pestisida, ini bisa meracuni kelinci,” terang Pulung pada Bestari.
Sepakat dengan apa yang diungkapkan Pulung, Fitroh juga menyampaikan, pakan ternak yang diantara bahan campurannya adalah jagung, bungkil kedelai, bekatul, dan polar ini terbilang sangat praktis. ”Satu jenis pakan sudah komplit, memenuhi seluruh kebutuhan gizi kelinci,” tutur mahasiswa yang mengaku mulai beternak kelinci sejak SMA tersebut. Saat ini Fitroh bahkan telah memasarkan kelinci-kelincinya hingga Balik Papan, Batam, Lampung dan Papua.
Suwarno, salah satu peternak kelinci binaan Sobri, menyampaikan bahwa pakan kelinci tanpa rumput temuan Sobri memang sudah diatur sesuai dengan zat-zat yang dibutuhkan kelinci. Hal ini bagus dan cocok untuk meningkatkan produktivitas kelinci. ”Rumput, biasanya hanya mengandung air saja, jadi belum memenuhi kebutuhan gizi kelinci,” ungkapnya.....perkotaan, yang mana lahan tumbuhnya rerumputan sangat jarang. Pakan tersebut sangat cocok sebagai usaha intensifikasi, yakni usaha peningkatan produktivitas dengan lahan yang ada.
. “Meski lahan sempit namun produksi tetap banyak,“ ujar kepala Laboratorium Agribisnis tersebut. Lebih jauh, Pulung menjelaskan jika formula pakan kelinci tanpa rumput membuat daya tahan tubuh kelinci menjadi kuat, sehat, lincah dan bau kotoran tidak terlalu tajam.
Pendapat serupa disampaikan Fitrotul Huda, mahasiswa peternakan yang memelihara sekitar 60 hingga 70 ekor kelinci. Fitroh menyampaikan, ekstrak tersebut sangat cocok digunakan untuk usaha penggemukan kelinci. “Untuk kelinci pedaging, tiga bulan saja sudah panen. Tapi dengan rumput, bisa sampai tiga bulan setengah baru panen,” ujar salah satu mahasiswa binaan Sobri itu.
Fitroh juga mengungkapkan jika ekstrak tanpa rumput membuat kelinci lebih tahan penyakit serta tumbuh lebih cepat. “Pakan rumput membuat kelinci sering kembung, apalagi di musim penghujan rumput-rumput berkadar air tinggi,” jelasnya. Mahasiswa yang juga pengurus Gabungan Petani Kelinci Kota Batu itu menambahkan, jika kemarau rumput susah dicari
Keistimewaan lain diungkapkan Pulung. Pengurus Yayasan Bina Insan Sejahtera Malang ini menjelaskan, pakan tanpa rumput lebih fleksibel. Jika peternak mau bepergian, tinggal disiapkan pakan sebanyak hari yang ditinggal. “Kalau mau pergi tiga hari, cukup disiapkan makanan untuk tiga hari,“ ujarnya.
Bukan hanya lebih praktis, temuan membanggakan FPP ini juga terjamin mutu serta kualitasnya. Hanya dengan satu formula biskuit, kualitas gizi yang dibutuhkan kelinci secara keseluruhan sudah dapt terpenuhi. “Kalau rumput, kita gak tahu. Belum tentu rumput itu higienis, Apalagi setelah disemprotkan pestisida, ini bisa meracuni kelinci,” terang Pulung pada Bestari.
Sepakat dengan apa yang diungkapkan Pulung, Fitroh juga menyampaikan, pakan ternak yang diantara bahan campurannya adalah jagung, bungkil kedelai, bekatul, dan polar ini terbilang sangat praktis. ”Satu jenis pakan sudah komplit, memenuhi seluruh kebutuhan gizi kelinci,” tutur mahasiswa yang mengaku mulai beternak kelinci sejak SMA tersebut. Saat ini Fitroh bahkan telah memasarkan kelinci-kelincinya hingga Balik Papan, Batam, Lampung dan Papua.
Suwarno, salah satu peternak kelinci binaan Sobri, menyampaikan bahwa pakan kelinci tanpa rumput temuan Sobri memang sudah diatur sesuai dengan zat-zat yang dibutuhkan kelinci. Hal ini bagus dan cocok untuk meningkatkan produktivitas kelinci. ”Rumput, biasanya hanya mengandung air saja, jadi belum memenuhi kebutuhan gizi kelinci,” ungkapnya.
Lebih lanjut, peternak yang memiliki sekitar 50 ekor kelinci tersebut menjelaskan bahwa, karena setiap kelinci mengalami fase yang berbeda, tentunya memiliki kebutuhan gizi yang berbeda pula. ”Kelinci pejantan butuh protein tinggi, sedangkan kelinci dalam masa pertumbuhan membutuhkan serat kasar lebih banyak,” terangnya mencotohkan. ”Dengan pakan tersebut, peternak dapat mengira-ngira sendiri, pakan yang dibutuhkan kelinci sesuai fasenya,” tambah Warno.
Ditanya tentang alasannya menggunakan biskuit kelinci sebagai pakan, peternak yang tinggal di Dukuh Klandungan Desa Landungsari mengaku memilih ekstrak tersebut dibanding rumput karena lebih praktis. ”Karena tidak harus cari rumput, waktu luang tersisa lebih banyak. Sehingga bisa digunakan hal lain yang bermanfaat. ”Waktu tidak tersita untuk ternak saja,” akunnya.
Untuk menekan pengeluaran, Warno berinisiatif menanam jagung, kedelai dan bayam disawahnya sendiri. ”Dengan demikian pakan tidak seluruhnya membeli,” terang Warno yang telah menyetor kelinci-kelincinya hingga Tulungagung, Jombang, Blitar serta beberapa taman rekreasi sekitar Jawa Timur.
Warno mengaku, dengan 50 ekor kelinci, omset perbulannya mencapai 750 ribu hingga 1juta rupiah, merasa cukup menguntungkan. Apalagi semua yang berhubungan dengan kelinci dapat menghasilkan. ”Urinnnya dijual untuk pupuk anggrek, kulitnya buat rambak, kotorannya digunakan sebagai pupuk kandang, kalau tidak berproduksi lagi, kelinci disembelih untuk sate. Pokoknya semuannya menguntungkan mbak,” ujarnya.
Produk Unggulan FPP UMM
Pendapat lain disampaikan Sujono, Pembantu Rektor (PR) satu yang juga pernah menggunakan ekstrak tersebut untuk ternak kelincinnya. Sujono menceritakan bahwa temuan tersebut merupakan terobosan bagus, untuk meningkatkan produktivitas petani kelinci dengan mengurangi tingkat kematian kelinci ”Pakan tersebut dapat mengurangi tingkat kematian kelinci. Hal ini mengingat, jika menggunakan hijauan, ada beberapa kelinci yang tidak kuat sampai akhirnya kembung dan mati,” ujarnya.
Sujono juga mengungkapkan, pakan kelinci tanpa rumput dapat dijadikan produk unggulan Fakultas Pertanian-Peternakan. Sehingga dapat membangun citra FPP lebih baik lagi. “Dengan mempelopori temuan, ekstrak pakan kelinci tanpa rumput pertama di Indonesia, citra FPP akan lebih bagus, pastinya juga membangun pecitraan kampus dari sisi peternakannya,” tuturnya.
Lebih lanjut, sujono menerangkan, Malang sebagai kota wisata sangat cocok untuk peternak-peternak kelinci. “Kelinci merupakan salah satu binatang peliharaan yang sering dicari di tempat-tempat pariwisata. Harapanya, dengan pakan tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan para peternak kelinci,” ujar pria ramah tersebut. Rom ®Bestari
+ komentar + 2 komentar
Komposisi dan prosentasenya berapa2
Saya afdal di banyumas.beternak kelinci sudah hampir setahun. Saya pingin tau cara memperoleh pormula biskuit yang ada di artikel diatas. Saya sudah mencoba denngan memberi rumput. Kadang masih ada yang bermasalah.tolong komentar dan jawabannya. Jenis kelincinya yaiti neuzeland dan flem gian. Terimakasih
Posting Komentar