Pakan Hijauan untuk ternak''Alfalfa''
HIJAUAN PAKAN TERNAK DENGAN KANDUNGAN PROTEIN TINGGI BERNAMA
"ALFALFA" YANG SEDANG NAIK DAUN
Bila kita berbincang-bincang tentang pakan ternak, hijauan yang sering
dibahas adalah rumput gajah, kaliandra dan rumput raja. Namun kini ada satu
lagi hijauan pakan ternak yang sedang banyak diujicobakan dan dikembangkan oleh
instansi maupun peternak rakyat. Alfalfa adalah nama hijauan pakan tersebut.
Meskipun bagi beberapa peternak di Indonesia, hijauan jenis leguminosa
(kacang-kacangan) ini masih asing di telinga karena berasal dari wilayah
subtropics, namun saat ini mulai dikembangkan di Indonesia karena juga
bisa dibudidayakan di wilayah tropis.
Alfalfa banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi potong, sapi perah,
domba, kambing bahkan kelinci. Tumbuhan dengan nama Medicago sativa ini
memiliki kandungan protein, vitamin, dan mineral yang tinggi. Dibandingkan
dengan pakan ternak dari tanaman lainnya, alfalfa memiliki kandungan protein
dan kalsium yang tinggi, tetapi energi termetabolisme dan kadar fosfor di
dalamnya relatif rendah. Alfalfa juga termasuk berserat rendah sehingga mudah
mencapai rumen (perut besar) dan mudah dicerna oleh ternak.
Selain kandungan proteinnya mencapai 32 persen, kandungan alfalfa lainnya yang
dicari adalah zat anti depressant yang akan sangat berpengaruh terhadap
produksi ternak. Alfalfa juga diyakini mengandung galactagogue, zat
yang menginduksi laktasi untuk meningkatkan produksi susu. Bahkan pada anak
kelinci yang diberi asupan alfalfa dalam bentuk hay (jerami) mempunyai
pertumbuhan yang lebih bagus dibandingkan yang tidak diberi alfalfa. Indukan
kelinci yang diberi alfalfa hay selama masa kebuntingan, diamati mempunyai anak
kelinci yang relatif lebih tahan terhadap penyakit dan (Survival Rate/SR) daya
hidupnya tinggi.
Aplikasi alfalfa di luar negeri lebih banyak berupa pelet, karena dengan
pelet alfalfa efisiensi pakan akan lebih terjamin. Sesuai dengan kandungan
gizinya maka pemakaian alfalfa tidak bisa diperlakukan sama dengan komoditas
hijauan yang lain. Harga dasar alfalfa cukup mahal yaitu Rp 15.000 per kg
basah jadi pemakaian alfalfa hijauan harus tepat sasaran agar produksi ternak
makin bagus.
Di Indonesia, budi daya alfalfa sudah mulai dilakukan di daerah Baturaden (Jawa
Tengah) dan Cisarua (Jawa Barat). Perusahaan importer benih rumput dan
legume Heritage dan Southedge mengeluarkan beberapa varietas. Untuk
heritage varietasnya seperti, genesis, pegasis, sardi 10, sardi 5, sardi 7,
sardi 7 seri 2, sardi grazer, venus. Sementara dari southedge varietasnya
Queensland 11™ (Medicago sativa). Hasil pengamatan, ada dua jenis yang paling
cocok ditanam di Indonesia yaitu sardi 5 dan venus, karena sudah melalui
seleksi.
Ciri tanaman ini yaitu berakar tunggang, batang menyelusur tegak dari
dasar kayu dan tingginya berkisar 30-120 cm, serta daun tersusun tiga. Tangkai
daun berbulu dan berukuran 5-30 mm. Kedalaman akar alfalfa dapat mencapai
2-4 meter. Saat memulai perkembangan batang, tunas aksiler di bagian bawah
ketiak daun akan membentuk batang sehingga mahkota pada bagian dasar menjadi
pangkal dan tunas aksiler di atas tanah membentuk percabangan. Perbungaan tersusun
pada tandan yang padat dengan bunga kecil berwarna kuning. Tumbuhan ini mampu
hidup hingga 30 tahun, bergantung dari keadaan lingkungan. Alfalfa juga
memiliki bintil (nodul) akar yang mengandung bakteri Rhizobium meliloti.
Bakteri ini mampu menfiksasi (mengikat) nitrogen. Hal inilah yang membuat
alfalfa dapat dijadikan pakan ternak dengan kandungan protein tinggi,
tergantung pada ketersediaan nitrogen di dalam tanah.
Untuk melakukan budidaya alfalfa, kondisi tanah yang harus diperhatikan adalah
pH (tingkat keasaman) tanah berkisar 6,3-7,5 dan kandungan garam dalam tanah
tidak boleh terlalu tinggi. Selama masa aktif pertumbuhannya, alfalfa tidak
membutuhkan tanah yang basah. Musim penanaman alfalfa biasanya
berlangsung pada peralihan antara musim semi ke musim gugur, namun pertumbuhan
utama terjadi pada akhir musim semi atau awal musim panas. Tumbuhan ini
memerlukan waktu penyinaran yang panjang. Perkebangan perbungaan dari setiap
kultivar alfalfa dapat berbeda satu sama lain karena lama penyinaran yang
diperlukan juga berbeda. Tanaman alfalfa lebih tahan terhadap kekeringan bila
dibandingkan tanaman kacang-kacangan lainnya. Hal ini dikarenakan akar yang
panjang dan tanaman memiliki kemampuan melakukan dormansi (tidak aktif) saat
musim kemarau yang parah. Saat mencapai kelembaban tertentu, alfalfa dorman
dapat kembali aktif.
Dengan pemberian irigasi, tanaman alfalfa dapat memproduksi 25-27 ton per
hektar kadar kering pada tahun pertama dan turun hingga 8-15 ton per tahun pada
tahun ketiga. Produksi tersebut bergantung pada densitas tanaman, tingkat
resistensi hama dan penyakit, aktivitas di musim dingin, dan hujan yang
memengaruhi kelembaban tanah.
Posting Komentar